Fotografiana‎ > ‎

8. Bersikap Terhadap Fotografi

BELAJAR ETIKA FOTOGRAFI #

Pada saat sekarang ini, dunia fotografi sangat diminati oleh semua orang yang ada di seluruh penjuru dunia ini. Baik sekedar hoby, maupun yang sudah menjadi ahli. Ada photografer pemula dan yang sudah sangat ahli. Pada saat ini saya akan menjelaskan tentang etika dalam fotografi dalam versi saya dan dari beberapa sumber yang saya dapatkan. Maksud dari etika tersebut adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan asisten, atau dengan masyarakat lokal. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih berarti, enak dilihat dan alami. 

Dalam halnya.  seorang fotografer yang memiliki etika akan dianggap oleh masayarakat umum sebagai orang yang rendah hati., hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati. kita contohkan saja foto potret, terutama bila modelnya wanita, kita menghormatinya dengan tidak menyentuh saat mengarahkan. Menyentuh model wanita sangat tidak sopan terutama di Asia dan membuat model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah dan kita diharuskan untuk menghargainya dengan sering-sering berterima kasih pada waktu yang seharusnya melakukan hal tersebut Bahkan untuk memoto kecelakaan atau kejadian tertentu, ada UU yang mengaturnya dalam UU no 40/1999 PERS dan KEJ. 

Jadi sebenarnya dalam dunia fotografi, ada juga UU yang mengaturnya, dan seharusnya Photografer boleh mengambil gambar dalam keadaan apapun, tapi harus sesuai etika dan kode etik yang berlaku. Ini adalah etika dalam dunia fotografi, dalam versi saya. Semoga berguna. Maju terus dunia fotografi indonesia. Patuhi semua etika dan kode etik yang berlaku.

Selayaknya (fotografer dalam bersikap)#

Pendekatan fotografer dengan subjeknya, apalagi jika itu manusia atau kelompok sosial tertentu, membutuhkan pendekatan yang terampil. Menurut almarhum MAW Brouwer, lebih banyak orang yang berhasil dalam kehidupannya karena social intelligence yang tinggi. Artinya keterampilan bersosialisasi amat penting bagi fotografer yang ingin berhasil.. Terlepas dari peranan subyek dan peralatan yang tentunya penting, Paul I. Zacharia mengatakan bahwa di balik setiap foto yang baik itu harus ada suatu sikap berfotografi yang baik dan tepat pada si fotografernya. Mungkin terdengar sederhana sekali. Tapi makin direnungi, fakta ini makin terasa kuat. Seseorang tidak mungkin menghasilkan foto yang baik, yang berkesan, apalagi yang berwatak bila tidak dilandasi sikap mental yang tepat. Kedewasaan kepribadian dari para fotografer yang berhasil, adalah faktor yang membedakan fotonya dengan foto-foto indah dari fotografer biasa.

Fotografi adalah media ekspresi diri seniman foto, tetapi juga media foto dokumenter. Yang umum terjadi adalah kerancuan, orang awam yang menghadapi orang yang membawa kamera:lalu menganggapnya ahli foto atau fotografer. Padahal hasil karya dari dari kedua jenis insan ini lain sekali. Meski waktu pemotretan, peralatan dan subjeknya bisa saja sama seratus persen, hasil yang didapat bisa berbeda, karena pendekatan dan perlakuan masing-masing terhadap subjek berbeda. Pendekatan dan perlakuan ini berbeda karena sikap fotografis berbeda. Fotografer yang telah menyeleksi sikapnya akan menanggapi subjek fotonya dengan melakukan seleksi peralatan dan teknik yang berbeda dalam pemotretan. Seleksi sudut pandang, panjang lensa, kecepatan rana, penyinaran dan lainnya. Bahkan pemakaian alat bantu dan seleksi lokasi yang dibayangkannya perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Berikut Beberapa Hal Yang Harus diperhatikan apabila kita akan melakukan pemotretan pada seorang model/mengambil sebuah gambar
etika dalam fotografi:

Mood
Manusia selalu berhubungan dengan mood dan emosi. Jika seseorang tersebut memposisikan dirinya di pihak lain (model). Perlu kita tahu bahwa menjadi model itu amat melelahkan. Pemotretan seringkali memakan waktu yang panjang, mulai dari persiapan, make up, wardrobe, assesories sampai ke proses pemotretan. Model harus mempertahankan pose dan ekspresi yang diinginkan fotografer untuk beberapa lama dan ini membutuhkan tenaga ekstra. Kadang-kadang, jika pemotretan dilakukan diluar ruangan terik matahari juga gampang membuat model kepayahan. Pada intinya, ciptakan suasana dan mood yang menyenangkan. Jika model anda sudah terlihat capek, hentikan pemotretan untuk sementara sampai dia mendapat energinya kembali. Jangan memaksakan diri, karena jika model anda kelelahan,mood akan hilang dan Anda tidak akan mendapat ekspresi dan pose yang bagus dari model Anda.

Kemampuan komunikasi verbal

Fungsi utama dari komunikasi verbal ini yaitu untuk mengarahkan model Anda pada pose yang Anda inginkan tanpa menggunakan sentuhan fisik. Kebanyakan model tidak suka jika fotografer menyentuh mereka. Gunakan bahasa yang halus dan tidak memerintah. Kemampuan komunikasi ini juga berguna untuk menjaga mood model Anda, membuat model Anda merasa nyaman, dengan demikian dia bisa lebih leluasa untuk berekspresi dan mengeluarkan posenya dengan baik. Jangan lupa untuk memberikan pujian jika Anda mendapat gambar yang bagus, tapi jangan berlebihan. Jika Anda memotret human interest, misalnya saja Anda bertemu dengan ibu pedagang sayur yang Anda pikir bagus sekali untuk difoto, jangan sungkan-sungkan untuk mengajaknya bicara. Meskipun tema Anda candid, tidak berarti juga bertabiat layaknya pencuri, jepret-jepret lalu lari. Seyogyanya Anda memperlakukan mereka sebagai model, bukan sebagai object foto semata. Bahkan, jika Anda cukup berempati, Anda akan mendapatkan foto yang lebih hidup… karena Anda mengerti background dari manusia yang Anda jadikan object Anda.

Sharing

Seringkali kalo kita meminta teman kita sendiri sebagai model, selain gratis kita juga gampang berkomunikasi dengannya untuk memperoleh hasil jepretan yang kita inginkan. Hal yang sering terjadi adalah, jika kita memfoto model yang gratisan (teman ato kenalan) kita sering lupa berbagi hasil foto dengannya. Padahal, dengan memberikan hasil jepretan kita, itu adalah bentuk rasa terimakasih kita padanya yang sudah susah-susah mau menjadi model. Juga berlaku jika Anda memfoto human interest atau street photograph. Jangan terlalu pelit, jika Anda memfoto ibu-ibu penjual sayur seperti kasus diatas belilah barang yang dia jual sedikit saja meskipun Anda tidak memerlukannya karena nanti Anda bisa memberikannya pada orang lain atau berbagi air mineral, makanan atau apalah jika Anda memfoto petani atau siapa saja, usahakan tidak memberikan uang kecuali memang ada peraturannya (misalnya Anda memfoto desa something dan Anda dikenai retribusi desa sebagai imbalannya) karena hal ini tidak mendidik. Pada intinya jangan hanya mengambil, tapi juga memberilah.

Usahakan untuk tidak memotret berombongan

Yang sering terjadi adalah satu model dikeroyok rame rame oleh 10 fotografer atau lebih. Sangat tidak nyaman. Anda akan kesulitan mencari angle terbaik dan terganggu dengan fotografer lainnya. Lampu blitz yang datang bertubi-tubi akan mengkacaukan metering Anda bila Anda menset kamera Anda dalam posisi manual. Belum lagi ajang untuk pamer gadget diantara para fotografer yang sangat tidak mengenakkan. Percayalah sangat membuat ciut nyali bila Anda melihat gadget orang lain lebih canggih dari milik Anda. Disisi lain model Anda akan merasa menjadi domba di tengah-tengah serigala.

Bagi anda penikmat potret atau hobi memotret model ada baiknya berkomunikasi dengan baik. Karena sering terjadi model yang baru bermunculan masih kaku dalam berpose. Lebih baik anda berkenalan dahulu dan melakukan pendekatan secara personal tanpa membicarakan tentang pose. Buatlah model tersebut merasa nyaman dengan anda, sehingga pada saat sesi pemotretan anda tidak canggung mengatur pose dan sebaliknya model juga akan merasa nyaman dalam berpose. Alhasil anda akan mendapatkan pose dan foto yang bagus, hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak bukan…? Ingat jaga kesopanan anda, sikap dan perkataan tidak perlu berlebihan. Nah, bagi anda yang suka dengan foto landscape, human interest melakukan pendekatan ke penduduk atau masyarakat sekitar sangat penting. Karena hal ini akan membuat mereka juga merasa senang dianggap sebagai pemilik wilayah.

Mengambil gambar atau foto di ruang publik berbeda-beda di tiap kawasan, tempat atau negara. Sebagai gambaran, kita (di Indonesia) bisa dengan nyaman memotret anak-anak di pinggiran kampung atau di mana saja saat mereka bermain. Tapi jangan harap bisa semudah ini di Australia, mereka punya undang-undang tegas tentang perlindungan anak, maka memotret mereka lagi bermain sekalipun, tanpa ijin orang tuanya akan membawa kita ke panjara karena bisa sianggap sebagai kagiatan eksploitasi anak.

Secara etika, sebaiknya di manapun kita mau memotret, apalagi obyeknya adalah manusia, mintalah ijin dahulu, dekati dengan ramah, buat mereka dalam kondisi nyaman dan tidak asing dengan kita (fotografer). Karena 90 persen orang akan dengan senang hati menerima kedatangan kita saat diajak bicara dahulu. Tapi jangan lupa bicarakan maksud kita usai memotret. Menyapanya, seperti menanyakan nama, umur, pekerjaan keluarga, sampai hal remeh-temeh lainnya. Ketika mereka balik bertanya buat apa foto itu? Katakan dengan benar apa adanya. Misalnya untuk sekedar belajar atau kepentingan pemberitaan yang baik. Jika mereka paham kita lega, namun jika mereka keberatan, jangan coba-coba mempublish secara umum. Selain tidak menghormati privacy, mereka juga bisa menuntut kita.

Perkantoran dan mall sering dianggap sebagai ruang publik. Padahal tidak, mereka ibarat pemilik rumah dan halamannya. Apalagi jika disetiap sudut ruang mall ada larangan memotret. Kita tidak boleh seenaknya ambil foto. Meski tidak semua mall dengan jelas mengumumkannya. Namun, etika jurnalistik membolehkan kita memotret rumah seseorang, kantor atau mall jika mereka terlibat dalam sebuah kasus yang layak dan berhak untuk diketahui publik.

Misalnya layak dan berhak itu, jika sebuah institusi atau seseorang mempunyai masalah yang dampaknya merugikan banyak orang, katakanlah mall yang punya masalah dengan sistem pengolahan limbah yang mencemari kampung sekitarnya. Kita dibolehkan mengambil gambarnya, atas kepentingan publik. Hubungan antara fotografer dengan fotografer lain juga menjadi hal yang paling vital. Seorang fotografer professional tidak akan bekerja atau menciptakan sebuah karya sendiri. Teruslah berinteraksi, konsultasi, tukar pendapat, saling menghargai karya orang lain, rendah hati.

https://picasaweb.google.com/107655229770983527665/DropBox?authkey=Gv1sRgCL2f5e2Ry8mAgQE#5805350737491350354


DAFTAR PERTANYAAN:

  1. Menurut pengalaman anda, apakah anda pernah melihat seorang fotografer yang bersikap tidak baik pada saat mengambil sebuah gambar/foto lanscape layaknya seorng fotografer yang tidak mengenal bagaimana seharusnya bersikap/beretika terhadap fotografi. Bagaimana tanggapan anda. jelaskan!
  2. menurut anda apakah fotografer saat ini lebih memperhatikan profesinya sebagai fotografer yang beretika atau memperhatikan profesinya sebagai fotografer yang terkenal.?
  3. apa saja menurut pendapat anda yang harus diperhatikan fotografer sebagai fotografer yang baik dan beretika?
  4. menurut pendapat anda, apakah yang perlu dilakukan seseorang sebelum seseorang tersebut memilih profesi untuk menjadi fotografer?
  5. apakah anda tertarik untuk menggeluti bidang fotografi? jika ia apakah anda telah mempersiapkan diri anda sebagai fotografer yang memahami bagaimana bersikap terhadap fotografi atau hanya memikirkan bagimana supaya anda bisaa dengan cepat menjadi fotografer terkenal dan kaya, berikan alasan yang logis. dan jika tidak berikan juga alasan !
Comments