Pajanan (Exsposure)



Exsposure# (istilah lebih populer dalam fotografi) atau dalam bahasa Indonesianya adalah ‘pajanan’. Exsposure atau pajanan ini mengenai proses pengambilan foto ke dalam medium sensor foto yang mengacu pada banyaknya cahaya yang masuk ke dalam medium tersebut. Dalam proses pengambilan gambar yang perlu kita perhatikan adalah mengatur shutter  peed, aperture dan ISO agar cahaya yang masuk ke dalam medium tidak terlalu terang dan tidak juga kekurangan cahaya.

Ada dua jenis pajanan dalam fotografi yang kita sering temui dalam  roses pengambilan foto, yaitu overexsposure dan underexsposure. Overexsposure# adalah proses pengambilan foto ke dalam medium (sensor foto) akan tetapi cahaya yang masuk lebih banyak dan objek terlihat lebih terang dari pada keadaan sebenarnya begitu pun sebaliknya pada underexposure, cahaya yang masuk lebih sedikit dan objek terlihat lebih gelap dari pada keadaan sebelumnya.

Pada fotografi ada yang di sebut dengan Segitiga Emas Fotografi, yaitu Tabir Rana (Shutter Speed), Celah Diafragma (Aparture), dan ISO (International Organization for Standardization).

TABIR RANA# (Shutter Speed#)

Tabir rana yang lebih dikenal dengan istilah dalam fotografi adalah shutter speed atau kecepatan rana. Kata ‘tabir’ sendiri memiliki arti yaitu ‘tirai’ dan kata ‘rana’ adalah ‘penutup’. Jadi maksud tabir rana disini adalah sebuah tirai penutup kamera yang menutupi sensor foto yang membakar medium penangkap cahaya dalam proses pengambilan foto atau lebih dikenal dengan istilah ‘shutter speed’. Kecepatan rana ini sangat berpengaruh pada proses dalam menggambar cahaya, semakin cepat shutter speed semakin sedikit cahaya yang masuk begitupun sebaliknya.

Di dalam kamera satuan angka yang digunakan untuk kecepatan rana adalah detik (“). Urutan angka pada kecepatan rana pada umumnya 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 16000, 32000, 64000 dan Bulb. Misalnya angka 2” berarti kecepatan rana dalam proses pengambilan foto adalah 2 detik, sedangkan angka 16000 berarti kecepatan rananya adalah 1/16000 detik.
Dalam Tabir Rana atau “Shutter Speed” semakin besar angka berarti semakin cepat rana membuka dan menutup yang mengakibatkan semakin sedikit cahaya yang masuk, namun apabila ssemakin sedikit angka rana akan semakin lambat membuka dan menutup yang mengakibatkan cahaya yang masuk semakin banyak.




CELAH DIAFRAGMA# (Aperture#)

Celah Diafragma atau Aperture ialah bukaan lensa dimana cahaya masuk, celah atau ukuran seberapa besar sebuah bukaan, yang mana semakin besar angka bukaan, semakin kecil bukaan celah diafragma, dan semakin kecil angka bukaan semakin besar bukaan selah diafragma. Aperture atau celah diafargma bisa diibaratkan seperti retina mata manusia pada saat di tempat gelap retina pun membesar, dan ketika disaat tempat yang banyak cahaya retina mengecil, bisa dilihat lebih jelas pada mata kucing.

Dalam Fotografi yang sering membuat seseorang fotografer pemula itu bingung ialah Aperture itu sendiri, karena saat angka bukaan kecil (f/1.4) berarti bukaan celah diafragma besar, ruang ketajamannya menjadi sempit, namun ketika bukaan angka besar (f/22) bukaan celah diafragma kecil, ruang ketajamannya menjadi lebih luas. (ruang ketajaman/ kedalaman ruangan / Depth of Field(Dof)).

Foto : 

KEPEKAAN MEDIA TERHADAP CAHAYA#

Dalam fotografi kepekaan media terhadap cahaya memiliki suatu satuan ukuran. Ada berbagai nama yang dilakukan oleh beberapa negara. ASA (American Standard Association) satuan yang banyak digunakan di dunia, DIN (Deutch Industri Norm) banyak digunakan di Jerman dan di Eropa, ISO (International Standard Organization) merupakan satuan Internasional penggabungan dari ASA dan DIN, apabila ASA 100 dan DIN 210 maka ISO 100/210.

Semakin kecil satuan angka kepekaan media (ISO), maka kepekaan media semakin rendah kepekaan terhadap cahaya, yang mana media lebih banyak membutuhkan cahaya, tapi semakin besar satuan angka kepekaan media maka semakin sensitif media, dan semakin sedikit cahaya yang dibutuhkan.

[Gambar: temperatur-warna]. Ketika melakukan pemotretan di luar ruangan ISO biasanya digunakan antara 100 - 400 yang mana tergantung dengan intensitas cahaya Matahari, sedangkan pemotretan di dalam ruangan Penggunaan ISO di atas 400 tergabtung berapa banyak cahaya yang tersedia. Semua ini tergantung dengan berapa kuat cahaya yang mana satuannya Kelvin semakin rendah suhu (1000 K) semakin merah cahaya yang dihasilkan, semakin tinggi suhu (10000 K) semakin biru cahaya yang dihasilkan.

Dalam kamera film kepekaan cahaya terdapat pada film itu sendiri. Dapat kita lihat perbedaannya jika film dengan ISO 100 dibandingkan dengan ISO 800, maka yang lebih sensitif terhadap cahaya adalah film dengan ISO 800, karena adanya perbedaan kerapatan zat kimia yang peka terhadap cahaya, yang mengakibatkan cepatnya respon film terhadap cahaya.

PENGUKURAN CAHAYA#

Kita sering mendengar istilah speedometer, alat pengukur kecepatan kendaraan bermotor. Dalam fotografi sendiri pun ada istilah lightmeter (alat pengukur intensitas cahaya). Lightmeter# ini berfungsi untuk mengukur intensitas cahaya yang sangat berpengaruh kepada kepekaan media terhadap cahaya, alat ini akan menunjukan f-stop yang dapat memberikan sebuah keadaan yang netral (0).

Ada beberapa cara untuk pengukuran cahaya dengan memilih mode metering untuk mendapatkan exsposure optimal. Kesempurnaan mengukur cahaya pencahayaan selalu menjadi perhatian utama agar foto tidak terlihat overexsposure maupun underexsposure. Sistem metering berguna untuk menentukan ketepatan dalam pilihan pencahayaan. Tekniknya didasarkan pada perbedaan kondisi pencahayaan. Sekarang pencahayaan menggunakan sistem metering yang mengukur berdasar luas area tertentu. Sistem metering tersebut berhubungan erat dengan lightmeter sebagai pengukur cahaya yang terintegrasi dalam kamera.

PENGUKURAN MATIK (MATRIX METERING#)

Matrix metering# sering kita kenal dengan istilah evaluative metering ini adalah mode dimana untuk mengukur cahaya yang akan direkam oleh kamera diseluruh (95-100%) area frame. Biasanya para fotografer menggunakan evaluative matering ini digunakan untuk menghindari over exsposure dan under exsposure di area frame.
Foto :

PENGUKURAN TITIK (SPOT METERING#)
Matrix matering atau evaluative metering mengukur cahaya diseluruh area di frame, berbeda dengan mode spot metering yang hanya mengukur cahaya yang akan direkam oleh kamera hanya dibagian tengah kecil (5-15%) area frame saja. Dengan mode ini kita dapat mengukur cahaya dengan bebas dimana saja menentukan area mana saja yang akan di ukur. Biasanya para fotografer menggunakan mode spot metering ini untuk membuat foto siluet ataupun foto panggung, dengan cara mengarahkannya ke sumber cahaya.

Foto :

PENGUKURAN TERPUSAT (CENTERED WEIGHT METERING#)

Centered weight metering ini berbeda dengan evaluative dan spot metering, mode ini mengukur cahaya yang akan direkam oleh kamera hanya di bagian tengah(50-75%) area frame saja dan mengabaikan bagian sisi atau pinggir foto biasanya terjadi sedikit over exsposure atau under exsposure. Mode ini hanya menonjolkan objek dibagian tengahnya saja.

Foto : 

PEMAPARAN NORMAL (NORMAL EXPOSURE#)

Normal Exposure atau Pemaparan Normal hampir sama dengan Zona V dalam Zone System yang mana dalam lightmeter posisinya berada ditengah-tengah atau pada posisi 0 (nol). Dalam hasil foto tersebut tidak dalam posisi Under Exposure atau Over Exposure, dalam artian hasil fotonya itu tidak terlalu terang atau terlalu gelap.

Foto : 

SISTEM BRACKETING#

Bracketing adalah teknik pengambilan beberapa gambar dengan objek yang sama namun dengan pengaturan kamera yang berbeda. Biasanya fotografer mengambil beberapa exsposure yang over exsposure +3, +2, +1, normal dan under exsposure -1, -2, -3 tergantung kebutuhan si fotografer itu sendiri. Autobracketing adalah bracket otomatis dengan pengaturan pada kamera untuk mengambil gambar yang menghasilkan tiga sampai enam foto tergantung pengaturan masing-masing kamera.

Bracketing merupakan fasilitas yang disediakan kamera untuk mengatasi problem dynamic range. Bracketing menyediakan tiga pilihan pencahayaan yang berbeda dengan selama tiga kali penekanan tombol pelepas rana. Objek pemotretan itu harus tetap jika berbeda, terjadi perubahan exsposure. Kelemahan pengambilan bracketing, tidak bisa dilakukan ketika memotret momen yang berpindah-pindah tempat.

Bracketing biasanya lebih banyak digunakan untuk memotret lanscape saat matahari terbit atau tenggelam. Selain itu, bracketing memotret bagian dalam dan luar ruang sekaligus.

Cara setting bracketing dalam kamera canon#
1. Masuk ke menu, lalu Shooting 2, lihat entry pertama: Expo. Comp./AEB.
2. Pilih menu tersebut.
3. Putar Main Dial (roda putar dibagian kanan atas) untuk memilih rentang bracketing.
4. Tekan tombol SET

Cara setting bracketing dalam kamera nikon
1. Cari tombol bracketing (BKT) disamping kiri diatas lensa (lihat foto)
2. Sambil memencet tombol BKT, putar command dial (roda putar di bagian belakang atas sebelah kanan kamera) sampai layar atas menunjukkan 3 F (berarti 3 eksposure – atau 3 foto sekali bracketing)
3. Jika anda menggunakan mode pemotretan Single Frame, anda harus memencet tombol shutter 3 kali untuk setiap eksposure. Jika anda dalam mode Continous, caranya adalah tekan lalu tahan tombol shutter maka kamera akan mengambil 3 eksposure sekaligus.
4. Untuk Nikon lainnya (D300/D300S/D700), carilah tombol Fn dibagian bawah sebelah kanan lensa, putar main command dial belakang untuk menentukan jumlah frame dan command dial depan untuk menentukan rentang eksposure.

Foto :
Exsposure -3
Exsposure -2
Exsposure -1
Exsposure 0
Exsposure 1
Exsposure 2
Exsposure 3

LENSA DAN FOKUS

Lensa# merupakan bagian yang sangat terpenting dalam kamera sebab lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang dapat membakar film (medium), bayangkan jika dalam kamera tidak ada lensa kita tidak dapat melukis atau menggambar cahaya. Lensa terletak di depan kamera. Berdasarkan besar sudut dan panjang titik apinya lensa terbagi menjadi Lensa Normal, Lensa Tele, Lesa Wide, dan Lensa Makro.

Fokus# berfungsi untuk mengatur ketajaman gambar yang akan dihasilkan dalam fotografi. Fokus berkaitan dengan aperture semakin besar bukaan aperture semakin sempit ketajaman gambar, begitupun sebaliknya semakin kecil bukaan aperture semakin besar ruang ketajaman pada gambar. Berikut akan dijelaskan fokus manual dan fokus otomatis.

FOKUS MANUAL

Fokus manual digunakan saat fokus otomatis tidak dapat bekerja sesuai dengan yang kita inginkan atau tidak dapat bekerja dengan maksimal, yang mengharuskan kita menggunakan fokus manual, contohnya seperti:
1. Ketika didalam ruangan yang memiliki cahaya kurang, yang menyebabkan disaat penggunaan fokus otomatis mengalami kesulitam mencari fokus yang sesuai ataupun mengalami kesalahan pengambilan fokus, dan mengharuskan kita menggunakan fokus manual.

2. Ketika objek yang ingin kita abadikan senada dengan background, dan menyebabkan fokus otomatis mengalami kesulitan mengatur posisi fokus.

3. Saat foto dengan bracketing/HDR. Saat menggunakan bracketing atau HDR ini akan memotret 3 frame secara kontinu, saat fokus otomatis di aktifkan maka fokus secara otomatis akan melakukan koreksi tanpa kita inginkan, maka sebaiknya kita awalnya kita menggunakan fokus otomatis dam ketika kita akan mengambil gambar matikan fokus otomatis.

4. Foto Landscape tidak membutuhkan pengaturan fokus secara otomatis, karena dalam foto landscape akan membutuhkan bukaan aperture sekecil-kecilnya, yang menyebabkan dari latar depan sampai horison akan mengalami ketajaman secara merata.

5. Objek yang bergerak cepat, panning, hewan liar dan makro. Saat akan mengambil foto yang bergerak cepat fokus otomatis akan mengalami kesulitan menangkap objek yang diinginkan dan sekali lagi kita membutuhkan fokus manual dalam menangkap objek yang kita ingin kan, seperti benda terbang (burung, pesawat), aktifitas olahraga. pada pemotretan di alam liar biasanya usara mekanis motor lensa akan mengganggu pengambilan foto dan akan mengusik hewan yang akan kita potret.

6. Pengambilan gambar menembus kaca sangat diperlukan menggunakan fokus manual karena terkadang jika menggunakan fokus otomatis fokus akan mengarahkan ke bayangan kaca atau yang menempel pada kaca.

7. Pemotretan dengan waktu atau timer.#

FOKUS OTOMATIS

Fokus otomatis atau auto focus terdiri dari 3 mode yaitu, single area, continuous, dan hybrid. Single area biasanya digunakan dalam pemotretan benda diam atau model. Sedangkan continuous lebih sering digunakan pada benda bergerak. Untuk Hybrid itu sendiri iala

h gabungan antara single dan continuous. Fokus Otomatis biasanya digunakan saat memotret dokumentasi, yang menuntut untuk mengambil momen secara cepat.
RUANG TAJAM (DEPTH OF FIELD#)

Pernah kah anda melihat hasil foto yang latar belakangnya blur atau buram. Dalam fotografi itu disebut kedalaman ruang, ruang tajam atau Depth Of Field(DOF). Ruang tajam biasanya digunakan untuk lebih memfokuskan objek yang diinginkan.

Untuk pemandangan alam biasanya memiliki ruang tajam yang luas, yang artinya latar depan dan latar belakang meiliki ketajaman ruangan yang sama. Sedang kan untuk foto model meiliki ruang tajam yang sempit, biasanya hanya objek atau orang yang dituju yang fokus, sedang kan yang lain latar depan atau belakang blur atau buram.

Ada beberapa cara kita menghasilkan ruang tajam yang sesuai dengan yang kita inginkan:

  1. Atur objek dengan latar belakang. biasanya semakin jauh latar belakang dengan objek semakin buram latar belakang dan objek menjadi fokus. Jika menginginkan latar belakang tidak terlalu buramdekatkan objek dengan latar belakang.
  2. Ubah settingan aperture, jika kita menginginkan latar depan dengan belakang ruang ketajamannya setara, gunakan bukaan atau aperturenya kecil (f/22), dan jika kita mau menjadikan latar belakang terlihat buram ubah bukaan atau aperture menjadi besar (f/1.9).
  3. lensa juga berpengaruh dengan ruang ketajaman, seperti lensa Wide yang menyebabkan latar depan dengan belakang memiliki ketajaman yang sama. Sedangkan lensa tele lruang ketajamannya lebih sempit.
  4. Dengan menggunakan software pengolah gambar yang bisa mengatur ruang ketajaman sesuai dengan yang kita inginkan seperti Photoshop.#

RUANG TAJAM (DEPTH OF FIELD#)

Pernah kah anda melihat hasil foto yang latar belakangnya blur atau buram. Dalam fotografi itu disebut kedalaman ruang, ruang tajam atau Depth Of Field(DOF). Ruang tajam biasanya digunakan untuk lebih memfokuskan objek yang diinginkan.


Untuk pemandangan alam biasanya memiliki ruang tajam yang luas, yang artinya latar depan dan latar belakang meiliki ketajaman ruangan yang sama. Sedang kan untuk foto model meiliki ruang tajam yang sempit, biasanya hanya objek atau orang yang dituju yang fokus, sedang kan yang lain latar depan atau belakang blur atau buram.

Ada beberapa cara kita menghasilkan ruang tajam yang sesuai dengan yang kita inginkan:

  1. Atur objek dengan latar belakang. biasanya semakin jauh latar belakang dengan objek semakin buram latar belakang dan objek menjadi fokus. Jika menginginkan latar belakang tidak terlalu buramdekatkan objek dengan latar belakang.
  2. Ubah settingan aperture#, jika kita menginginkan latar depan dengan belakang ruang ketajamannya setara, gunakan bukaan atau aperturenya kecil (f/22), dan jika kita mau menjadikan latar belakang terlihat buram ubah bukaan atau aperture menjadi besar (f/1.9).
  3. lensa juga berpengaruh dengan ruang ketajaman, seperti lensa Wide yang menyebabkan latar depan dengan belakang memiliki ketajaman yang sama. Sedangkan lensa tele lruang ketajamannya lebih sempit.
  4. Dengan menggunakan software pengolah gambar yang bisa mengatur ruang ketajaman sesuai dengan yang kita inginkan seperti Photoshop.#
Ruang Tajam Sempit


PERTANYAAN
  1. Apa yang kamu ketahui tentang metering dalam pengambilan gambar? Jelaskan perbedaannya!
  2. Bagaimana cara kerja prinsip kerja shuter speed, aperture dan ISO?
  3. Bagaimana cara pengaturan bracketing dalam kamera nikon maupun canon?
Comments