Disusun Oleh : M. Naufal Fauzan dan Yuliadi Harianto Menurut UU no. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk mewakili kegiatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, bangsa dan negara. Pendidikan juga menurut Carter V Good adalah proses perkembangan perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan perilaku yang berlalu dalam masyaratnya. Proses sosial peserta didik dapat mengembangkan kepribadiannya. Dalam lingkungan masyarakat, biasa terluhat implementasi dari pendidikan yang pada umumnya terbelah menjadi dua yaitu sekolah negri yang dikelola pemerintah dan sekolah yang dikelola oleh yayasan atau dikenal dengan swasta. maka dari dua bagian tadi bisa kita uraikan menjadi empat tipe model pendidikan. a. Fullday school Dilihat dari kata “full” dan “day” dapat diartikan sebagai sehari penuh, maka dapat disimpulkan bahwa full day school adalah pendidikan dengan berbasis sekolah yang menjadwalkan efektif belajar tiap harinya seharian penuh. b. Boarding school Yang pada umumnya diketahui dari boarding school adalah sekolah yang membimbing dan mengawasi penuh peserta didik dalam 24 jam, atau sekolah yang juga menyediakan asrama bagi peserta didiknya. Dalam tipe sekolah ini peserta didik menghabiskan waktu mereka di lingkungan asrama sekolah. c. Home schooling Tipe sekolah yang tidak menganut sistem yang mewajibkan peserta didik untuk pergi ke sekolah xzsetiap harinya, tetapi gurulah yang mendatangi peserta didik untuk mengajar di rumah siswa tersebut. Jenis sekolah ini membuat anak menjadi kurang pandai dalam bergaul, karena sempitnya ruang gerak siswa dan sedikitnya lingkungan yang bisa berinteraksi dengan perserta didik dalam jenis home schooling. d. Sekolah Reguler atau Sekolah Negeri Tipe Sekolah Negeri biasanya pemberian Materi yang di berikan Guru kepada siswa biasanya hanya berjalan satu arah, yaitu berupa ceramah yang diberikan Guru kepada Siswa tanpa adanya hubungan timbal balik antara Guru dengan Siswa. Setelah kita mengetahui keempat jenis Sekolah tersebut, ternyata masih ditemukan beberapa Kendala dalam Proses Belajar Mengajar. Kendala-kendala yang ditemukan adalah :
Untuk menyelesaikan kendala-kendala yang ada dalam pembelajaran, terlebih dahulu kita harus mengetahui pengelompokan media pembelajaran yang dapat membantu kita dalam proses pembelajaran. Secara garis besar Media pembelajaran dibagi atas 3 kelompok : 1. Media Audio : Suatu Proses belajar-mengajar melalui media Audio/Suara dimana Pendidik menyampaikan secara langsung apa yang akan diajarkan kepada Peserta Didik dan Peserta Didik mendengar apa yang disampaikan oleh Pendidik. Contohnya: Ceramah atau melalui radio,Pendidik menyampaikan apa yang ingin disampaikannya kepada Peserta Didik secara langsung dengan berbicara di depan Peserta Didiknya.Peserta Didik mendengar apa yang disampaikan Pendidik. 2. Media Visual : Suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan media gambar sebagai perantara dalam menyampaikan sesuatu dimana Pendidik membawa gambar-gambar dalam kegitan mengajar untuk diamati/memberikan contoh akan hal yang sulit untuk diperlihatkan kepada Peserta Didik. Contohnya:Gambar Harimau,Dalam kegiatan belajar-mengajar Pendidik tidak mungkin membawa Harimau ke dalam Kelas belajar untuk diperlihatkan kepada Peserta Didik.Untuk mengatasi hal ini maka Pendidik hanya perlu membawa gambar Harimau untuk diperlihatkan kepada Peserta Didik. 3. Media Audio-Visual : Suatu proses belajar-mengajar yang menggunakan media gambar dan suara sekaligus dalam kegiatan pembelajaran.Peserta Didik menggunakan media yang dapat memperlihatkan gambar dan suara tentang penjelasan akan gambar tersebut sehingga Peserta Didik tidak hanya dapat melihat gambar tetapi mengetahui penjelasan tentang gambar yang sedang diperlihatkan. Contohnya : Power Point,Dengan Menggunakan Media Power Point Pendidik tidak hanya dapat memperlihatkan gambar kepada Peserta Didik tetapi juga beserta penjelasan tentang gambar yang sedang ditampilkan. Dalam Pengelompokan Media Pembelajaran diatas, hal yang menyangkut Fotografi dalam pendidikan adalah Media Visual. Dalam hal ini pendidik atau guru dapat memaksimalkan fotografi untuk proses pembelajaran. Bagaimana dengan perbedaan jenjang umur dan pendidikan ? Dalam hal makananpun dalam tiap jenjang umur memiliki porsi yang berbeda. Begitu pula dalam mengatasi perbedaan tingkat pendidikan. Misalnya, untuk tingkat SMA dimana peserta didik sudah mulai dapat diajak kooperatif, guru bisa menggunakan fotografi dalam pendidikan dengan metode student center. jadi siswa di ajak untuk merasakan secara langsung bagaimana mengambil moment gambar dalam pembelajaran, contoh realisasi dalam pelajaran sejarah, jika siswa melakukan study tour ke museum misalnya, dan guru hanya menjelaskan satu persatu dari bagian bagian sejarah, mungkin akan kurang merangkul bagi setiap siswa, maka guru bisa menyiasati untuk membuat games bagi siswa untuk memotret bagian sejarah dari sudut pandang siswa dan nantinya dari foto tersebut, siswa diberikan kesempatan untuk "sedikit" bercerita mengapa siswa tersebut mengambil gambar tersebut dan sejarah apa yang terkandung dari gambar tersebut. Disini guru dapat menilai siswa dari dua aspek tambahan, pertama aspek daya tarik siswa, maksudnya guru menilai gambar apa yang di ambil oleh siswa menarik atau tidak dan aspek lainnya yaitu ketika siswa menceritakan kembali, apakah cerita tersebut tepat atau tidak. FOTO : Contoh foto pelatihan/pembelajaran Seperti contoh gambar di atas, dimana pembelajaran menjadi lebih aktif dengan keberadaan guru sebagai fasilitator bagi peserta didik. Untuk jenjang yang lebih kecil, misalnya pada siswa sekolah dasar, tidak bisa kita menggunakan metode yang sama dengan SMA di atas. Untuk SD dalam pelajaran IPA dan sedang membahas hewan misalnya, guru bisa saja membawakan gambar hewan yang "dipotret" oleh guru itu sendiri tapi tentu saja tidak diambil begitu saja ala kadarnya, gunakan sedikit tehnik. Misalnya foto seekor kucing lalu gabungkan dengan foto burung merpati dengan bantuan photoshop sehingga kucing tersebut menjadi bersayap. Lalu guru bisa memulai pelajaran dengan mana hewan yang benar dan salah. Maksudnya siswa dapat membedakan gambar kucing bersayap tersebut benar atau tidak. Guru bisa menilai dari tahap dimana siswa bisa membedakan mana yang asli dan palsu. Lalu dengan melihat gambar kucing yang asli, siswa dapat menyebutkan bagian bagian tubuh hewan secara umum. Untuk jenjang SD, Guru membutuhkan sedikit kreatifitas yang lebih extra dalam membimbing peserta didik. Pertanyaan :
|
Fotografiana > 9. Peranan Fotografi >